Setiap tanggal 10 Dzulhijjah merupakan hari yang selalu mengingatkan kita akan pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim as. yang luar biasa. Bagaimana tidak? Ismail, putra yang sudah dinantikan dan didambakan kelahirannya, yang baru tumbuh menjadi pemuda cerdas, justru Allah Swt. perintahkan untuk disembelih.
Allah Swt. berfirman, “Maka tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu.’” (QS Ash Shafat: 102).
Imam Ibnu Katsir menulis riwayat dari Abu Hurairah ra. bahwa saat itu setan sempat membuat tipu muslihat agar Ibrahim AS. tidak melaksanakan perintah Allah Taala. Ketika Ibrahim bermimpi menyembelih putranya, setan berkata, ”Sungguh jika aku tidak memfitnah keluarga Ibrahim kali ini, aku tidak akan bisa memfitnah mereka selamanya.” Kemudian, setan menyerupai seorang lelaki dan mendatangi Hajar, ibunya Ismail. Setan berkata, “Apakah Anda tahu ke mana Ibrahim pergi bersama putramu?” Jawab Hajar, “Tidak!” Setan berkata, “Ia hendak pergi menyembelih putramu.” Hajar menjawab, “Tidak mungkin, ia tahu akan hal itu (terlarang).” Setan berkata lagi, “Ia menyangka Tuhan-nya memerintahkan hal tersebut.” Hajar menjawab, “Jika Tuhan-nya memerintahkan demikian, yang paling baik bagi Ibrahim adalah menaatinya.” Kemudian, setan mendatangi Ismail dan berkata, “Apakah Anda tahu ke mana engkau akan pergi bersama bapakmu?” Ismail menjawab, “Tidak!” Setan berkata, “Ia pergi bersamamu untuk menyembelih dirimu.” Ismail bertanya, “Mengapa?” Setan menjawab, “Ia menyangka Tuhan-nya memerintahkan demikian.” Ismail menjawab, “Ia akan mengerjakan apa yang diperintahkan Allah, serta akan mendengar dan taat karena perintah Allah Taala.” Kemudian, setan mendatangi Ibrahim dan berkata, “Ke mana Anda hendak pergi? Demi Allah, aku menyangka bahwa setan datang dalam mimpimu, lalu memerintahkanmu untuk menyembelih putramu.” Namun, Ibrahim tahu bahwa lelaki tersebut adalah setan, lalu beliau mengusirnya.
Keluarga Nabi Ibrahim AS. memberi teladan kepada kita bahwa ketika perintah dan hukum Allah SWT. datang, kapan pun, di mana pun, dan apa pun bentuknya, kita harus sanggup berkorban menjalankannya sekalipun nyawa taruhannya. Menaati perintah Allâh dan menjauhi larangan-Nya adalah segalanya. Ini karena hanya dengan ketaatan hakiki itulah kita akan mendapatkan rida-Nya.
Kisah tersebut juga memberikan pelajaran bahwa setan, baik dari kalangan jin dan manusia, akan senantiasa berupaya menghalangi manusia dari ketaatan kepada Allah Taala. Bahkan, setan tidak segan bersumpah dan mengatasnamakan agama untuk menghalangi tegaknya hukum-hukum Allah Taala. Ini sebagaimana perkataan setan kepada Nabi Ibrahim as., “Demi Allah, aku menyangka bahwa setan datang dalam mimpimu, lalu memerintahkanmu untuk menyembelih putramu.”
Sesungguhnya, ketika setan dituruti, aturan Allah dilanggar, larangan Allah ditabrak, yang terjadi hanyalah bencana demi bencana. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mengazab manusia secara umum hanya karena perbuatan dosa segelintir orang sehingga mereka melihat kemungkaran dan mereka pun mampu untuk mengingkarinya, tetapi mereka tidak mengingkarinya. Jika mereka telah melakukan hal itu, Allah akan menyiksa segelintir orang itu dan juga manusia secara menyeluruh.”(HR Ahmad dan At Thabrani dalam Al Kabîr).
Perbuatan dosa bukan hanya mencuri, membunuh, maupun merampok. Setiap pelanggaran terhadap aturan Allah Swt. adalah perbuatan dosa. Perzinaan yang merajalela bahkan legal atas nama lokalisasi, miras, narkoba, bahkan meninggalkan salat dan puasa, semua itu merupakan dosa dan kemaksiatan nyata yang ada di tengah kita.
Semoga Allah Swt. menguatkan kita agar bisa melakukan pengorbanan demi ketaatan hakiki, yakni pengorbanan dalam perjuangan untuk menerapkan syariat Allah Swt., baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan dalam berbangsa dan bernegara.